Thursday, 7 May 2015

Kisah Cinta Sejati (NYATA!)




Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullaah


Readers, pada artikel ini saya akan menjelaskan tentang kisah cinta. Cinta yang tulus, penuh kasih sayang dan pengorbanan. Cinta sejati yang nyata. Kisah cinta sejati ini terjadi ratusan tahun yang lalu. Tentang cinta seorang ayah yang tulus mencintai anaknya.

Ya, Cinta sejati itu tidak harus antara sesama manusia yang berbeda jenis dengan segala romansanya. Namun, cinta sejati adalah cinta antara suatu individu kepada individu lainnya yang tak berujung, tulus, sepenuh hati, dan tidak terpengaruh kepada waktu, tempat, bahkan situasi dan kondisi, baik itu antar sesama manusia yang berlawan jenis, antar manusia dengan makhluk lainnya, antar hamba dengan tuhannya, ataupun antar tuhan dengan ciptaannya.

Maka dari itu kali ini saya akan menceritakan kisah cinta seorang ayah kepada anaknya. 

Pada awalnya, sang ayah sudah cukup tua namun belum memiliki satupun buah hati. Sang ayah ini selalu berdoa kepada tuhannya agar dikaruniai seorang anak. Dan benar, akhirnya sang ayah ini bersama istrinya dikaruniai seorang anak oleh tuhannya. Anaknya pun diuji oleh tuhannya-memiliki ayah yang cukup tua-. Saat sudah tumbuh cukup besar,dan ia sedang sangat cinta kepada anaknya, ia diperintahkan tuhannya untuk menyembelih anaknya. Ya, sang ayah adalah Nabi Ibrahim As. dan sang anak adalah Nabi Ismail As. 

 Perasaan beliau terhadap Ismail lebih besar, lebih lembut, dan lebih sayang dari perasaan ayah mana pun terhadap anaknya. Meskipun demikian, beliau rela meninggalkannya di tempat yang tandus karena Allah SWT memerintahkan hal tersebut. Terjadilah pergulatan dalam dirinya namun ia mampu melewati ujiannya dan beliau memilih cinta Allah SWT daripada cinta anaknya.


Ketika Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya kepada anaknya, maka Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelihnya. Allah SWT agar hanya Dia yang menjadi pusat cinta para nabi-Nya. Barangsiapa yang mencintai Allah SWT, maka ia pun harus mencintai kebenaran dan orang yang mencintai kebenaran adalah orang memenuhi hatinya dengan cinta kepada Penciptanya semata. Ismail mewarisi kesabaran ayahnya. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT sebelumnya:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (QS. ash-Shaffat: 100)

Allah SWT menjawab:

"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak  yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)

Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya saat ia menginjak masa muda:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. ash-Shaffat: 102)

Sang anak tidak bertanya tentang sifat dari mimpi itu, dan ia tidak berdebat dengan ayahnya tentang kebenaran mimpi itu, tetapi yang dikatakannya: "Wahai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan. "Janganlah engkau gelisah karena aku dan janganlah engkau menampakkan kesedihan dan keluh-kesah. "Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Demikianlah jawaban seorang anak yang saleh terha­dap ayahnya yang saleh. Itulah puncak dari kesabaran dan kecintaan dari seorang anak dan tentu orang tuanya lebih harus bersabar.

Betapa indahnya kisah cinta sang ayah kepada anaknya tersebut, Hal inilah yang menyebabkan saya menyebut ini adalah cinta sejati. Demikian kisahnya, semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment