Wednesday, 25 March 2015

Upacara Kelahiran Suku Banjar (Kalimantan Selatan)


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu'alaikum warahmatullaah..

Jika pada pos sebelumnya saya membahas tentang upacara kematian Suku Banjar, maka pada post kali ini saya akan membahas tentang upacara kelahiran dari Suku Banjar.

Menurut Suku Banjar, dalam kehidupan manusia pasti mengalami masa-masa kritis dan berbahaya. Namun, masa-masa inilah yang berguna agar manusia tersebut berusaha se-maksimal mungkin agar bisa selamat melaluinya dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri, dari tingkat sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi.

Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dari sebelum kelahiran hingga setelahnya:


1. Sebelum Kelahiran

Keluarga harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut sang jabang bayi, antara lain selembar upih pinang (pelepah pinang) dan sebuah kapit (wadah yang terbuat dari tembikar yang bentuknya menyerupai pot bunga kecil). Wadah ini akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tembuni (potongan tali pusat). Selain itu, pihak keluarga juga mengadakan selamatan dengan membuat kukulih (bubur yang terbuat dari beras ketan). Bubur tersebut diberi doa, kemudian diputarkan (dikelilingkan) di atas kepala ibu yang sedang hamil. Setelah itu bubur baru boleh dimakan oleh seluruh keluarga. Tujuannya adalah agar proses kelahiran dapat berjalan lancar.

2. Kelahiran

Proses kelahiran itu sendiri dibantu oleh dukun beranak. Ada beberapa hal yang dilakukan sesaat setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir, tali pusatnya dipotong dengan sembilu (bilah bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga tajam). Potongan tali pusat itu kemudian ditaruh (dimasukkan) ke dalam kapit dan diberi sedikit garam. Kemudian, ditutup dengan daun pisang yang telah diasap (dilembutkan). Selanjutnya diikat dengan bamban, lalu ditanam di bawah pohon besar atau di bawah bunga-bungaan atau dihanyutkan di sungai yang deras airnya. Ini ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Banjaryang menganggap bahwa:

Jika tali pusat ditanam di bawah pohon yang besar, kelak bayi yang bersangkutan (diharapkan) akan menjadi "orang besar".
Jika di bawah bunga-bungaan maka kelak namanya akan menjadi harum.
Jika dihanyutkan ke sungai, maka akan menjadi pelaut.
Ada pula yang mengikatkan tembuni pada sebatang pohon. Maksudnya adalah agar kelak (setelah dewasa) tidak merantau (keluar kampung).

Jadi, penanaman tembuni bergantung pada apa yang diinginkan oleh orang tua terhadap bayinya dikemudian hari. Sebagai catatan, tidak seluruh tali pusat yang diputus akan ditanam, dihanyutkan atau diikat pada sebatang pohon besar, melainkan (sisanya) ada yang disimpan baik-baik untuk dihimpun menjadi satu bersama tali pusat saudara-saudaranya yang lain. Maksudnya adalah agar kelak (setelah dewasa) tidak saling bertengkar. Dengan perkataan lain, agar sebagai saudara selalu hidup rukun dan damai.

Setelah pemotongan pusat, maka bayi dibersihkan dengan beberapa lapis sarung atau kain batik, lalu diletakkan di atas talam yang didasari oleh sarung atau kain batik pula. Selanjutnya, bayi tersebut, oleh ayahnya, diadzankan dan diqomatkan. Maksudnya agar suara yang pertama kali didengar adalah kalimat Allah. Dengan demikian, kelak bayi tersebut akan menjadi orang yang taqwa (menjalani ajaran-ajaran agama Islam dan menjauhi larangan-laranganNya). Setelah itu, bibir bayi diolesi dengan gula atau kurma dan garam. Maksudnya adalah agar kelak Sang jabang bayi dapat bermulut manis dan bertutur kata manis (semua kata-katanya diperhatikan dan diikuti orang).

3. Sesudah Kelahiran

Setelah bayi diadzankan, diqomatkan, dan bibirnya diolesi gula atau kurma, ada satu upacara lagi yang disebut bapalas-bidan. Sesuai dengan namanya, maka yang berperan dan sekaligus memimpin upacara ini adalah dukun beranak atau bidan. Dalam hal ini dukun beranak mengucapkan berbagai mantera dan menepung-tawari sang bayi. Maksudnya adalah agar Sang jabang bayi selalu didampingi oleh saudaranya yang empat1 dan terhindar dari gangguan-gangguan roh halus. Selain itu, juga agar ibunya selamat dan sejahtera. Upacara diakhiri dengan makan bersama. Sedangkan, sebagai ungkapan terima kasih keluarga kepada sang dukun beranak, ia diberi sasarah berupa: seliter beras, sebiji gula merah, sebiji kelapa, dan rempah-rempah untuk memasak ikan.

Setelah bayi berumur satu minggu atau lebih, ada upacara yang disebut tasmiah (pemberian nama), dengan susunan acara sebagai berikut: pembacaan Ayat-ayat Suci Al Quran (Surat Ali Imran), pemberian nama oleh mualim atau penghulu, dan barjanji. Sebagai catatan, dalam barjanji itu, ketika dibaca kalimat asyrakal semua hadirin berdiri, kemudian bayi dikelilingkan. Mereka, termasuk mualim atau penghulu, diminta untuk menepung-tawari si bayi dengan baburih-likat. Dengan berakhirnya upacara tasmiah ini, maka berakhirlah rangkaian upacara kelahiran pada masyarakat Banjar.

Demikianlah tahap-tahap yang dilakukan oleh Suku Banjar apabila ada kerabatnya yang akan melahirkan. Menurut saya, adat ini mendapatkan pengaruh besar dari agama islam, oleh karena itu banyak prosesinya yang bersangkutan dengan agama islam. Wallahu 'alam.


Sumber

No comments:

Post a Comment